Your rating:
Di sebuah gang kecil di Tokyo, ada kafe tua yang bisa membawa pengunjungnya menjelajahi waktu. Keajaiban kafe itu menarik seorang wanita yang ingin memutar waktu untuk berbaikan dengan kekasihnya, seorang perawat yang ingin membaca surat yang tak sempat diberikan suaminya yang sakit, seorang kakak yang ingin menemui adiknya untuk terakhir kali, dan seorang ibu yang ingin bertemu dengan anak yang mungkin takkan pernah dikenalnya. Namun ada banyak peraturan yang harus diingat. Satu, mereka harus tetap duduk di kursi yang telah ditentukan. Dua, apa pun yang mereka lakukan di masa yang didatangi takkan mengubah kenyataan di masa kini. Tiga, mereka harus menghabiskan kopi khusus yang disajikan sebelum kopi itu dingin. Rentetan peraturan lainnya tak menghentikan orang-orang itu untuk menjelajahi waktu. Akan tetapi, jika kepergian mereka tak mengubah satu hal pun di masa kini, layakkah semua itu dijalani?
Publication Year: 2021
No posts yet
Kick off the convo with a theory, question, musing, or update
Your rating:
``Aku terbawa suasana dan hanya fokus kepada hal-hal yang tidak bisa kuubah sampai-sampai melupakan sesuatu yang paling penting.`` —221 ⭐ 4/5 Sebagai bedtime story selama kurang lebih seminggu, buku ini cukup memberikan kesan tersendiri bagiku. Aku awalnya tidak menaruh banyak harapan untuk buku ini, karena toh, ini pertama kalinya aku membaca literatur Jepang. But then, BOOM! Aku sendiri gak menyangka buku ini akan seemosional itu. Berkisah tentang sebuah kafe biasa yang nampaknya hanya akan kamu lewati saat berjalan di gang-gang sempit kotamu, namun menyimpan banyak sekali cerita. Kafe yang dapat membawamu ke masa lalu dengan berbagai peraturan yang harus ditepati, namun pada akhirnya tidak akan mengubah apapun yang terjadi di masa kini. Bagi sebagian orang mungkin hal ini terkesan sia-sia. Namun, bagi 4 orang yang menetapkan hati untuk duduk di kursi tersebut dengan menggenggam secangkir kopi panas, hakikatnya ini adalah perjalanan untuk mengubah hati dan cara pandang mereka, bukan untuk merubah takdir. Menyadari, menyesali, meminta maaf, dan berterima kasih, untuk kemudian merangkul semua yang tersisa dan melanjutkan hidup sebaik mungkin dengan hati yang baru. Narasi yang indah diracik dengan bumbu kesedihan dari emosi pribadi tiap karakter. Tidak terlalu berlebihan, namun cukup untuk membuat beban di mata meminta dikeluarkan. Bagian favoritku adalah bab 'Kakak-Adik', dimana penyesalan Hirai karena menyalahpahami semua kebaikan adiknya hingga akhir tertuang dengan jelas. Sayangnya pembangunan latar dan karakter di bagian awal buku terasa sangat panjang. Beberapa hal masih menjadi misteri, seperti mengapa sebenarnya kafe ini bisa membawa mereka melintasi waktu? Juga rasanya latar belakang Kazu serta Wanita Hantu belum diulas penuh. Apakah akan terjawab di buku keduanya?
Heartwarming. Itu sih yang bisa aku bilang dari buku ini. Buku ini cuma ada empat cerita tapi semuanya berhasil bikin aku merenung. Walaupun di kisah pertama agak bikin bosan dan menurutku cukup ringan tapi langsung dihantam sama tiga cerita setelahnya yang bikin aku cukup sering bengong.
Apalagi cerita kedua, jujur aku ikut patah hati tapi sekaligus diajak bangkit kembali dari rasa patah hatiku (walaupun aku nangis banjir waktu baca suratnya).
Buku ini buatku seperti mengajarkan bahwa selagi masih ada kesempatan, gunakan kesempatan itu dengan baik. Karena bagaimanapun kita kembali ke masa lalu, nggak akan merubah kenyataan yang ada. Begitupun di masa depan, kita nggak tau apa yang akan terjadi, jadi akan lebih baik kalau kita benar-benar memanfaatkan kesempatan yang kita punya dengan sangat baik.