Sapuan Angin

Sapuan Angin

Selva Almada

Enjoyment: Quality: Characters: Plot:

Pendeta Pearson mencurahkan hidupnya untuk mewartakan firman Tuhan ke pelosok utara Argentina. Bersama Leni, putrinya, dia menyusuri dataran gersang dengan mengendarai sebuah mobil tua. Ketika mobil itu mogok, takdir menuntun mereka untuk berjumpa dengan Brauer, seorang montir paruh baya, serta asistennya, seorang bocah laki-laki yang biasa dipanggil Tapioca. Awan mendung mengintip di kejauhan. Badai akan menjelang. Dalam rentang satu hari yang terasa panjang, hubungan keempat tokoh mengalami pasang-surut. Watak mereka serta ketegangan antara satu sama lain pelahan terkuak: Pearson dengan kekakuannya, Brauer dengan kesinisannya, Leni dengan kesangsiannya dan Tapioca dengan kepolosannya. Ketika akhirnya badai menerjang, pergulatan yang tak terhindarkan pun meledak. Dikisahkan dalam tempo yang lambat tetapi mengalir, mendetail, dan indah, Sapuan Angin menandai kemunculan Selva Almada sebagai salah satu penulis paling berpengaruh dalam kesusastraan Argentina dan Amerika Latin kontemporer.


From the Forum

No posts yet

Kick off the convo with a theory, question, musing, or update

Recent Reviews

Your rating:

  • moilady
    Mar 15, 2025
    Enjoyment: Quality: Characters: Plot:

    Bingung sedikit mulainya dari mana karena selepas baca buku ini aku tiba-tiba merasa hampa. Buku ini terbilang tipis, mengisahkan empat orang dalam satu hari, tapi cukup sarat dengan pengalaman-pengalaman hidup yang menurutku bersahabat dengan kehilangan, ditinggalkan dan meninggalkan.

    Bercerita tentang seorang Pendeta yang menurutku seorang misionaris (correct me if I'm wrong) melakukan perjalanan dengan anak perempuannya bertemu dengan dua orang lain yang menjadi tokoh dalam buku ini, Brauer dan Tapioca. Selaiknya seorang pemuka agama, ada hal yang menurut Pendeta Pearson harus dilakukan, salah satunya terhadap Tapioca.

    Buku ini penuh dengan pergejolakan batin tiap-tiap karakter, penuh pertimbangan akan apa-apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan demi bisa selamat menuju Surga. Bahkan Leni─anak perempuan sang Pendeta─juga tidak luput dari pergejolakan batinnya sendiri, belum lagi dengan kerinduan akan ibunya dan kekhawatiran akan melupakan wajah sang ibu buat buku ini bikin aku benar-benar merasa hampa.

    Penulisan yang detail juga buat nilai tambah untuk buku ini. Bisa dibilang penulis sukses besar buat aku ikut tenggelam dalam kisahnya. Menurutku buku ini bisa dibilang sedikit berat tapi masih bisa banget untuk dibaca sekali duduk mengingat tiap-tiap bab di dalamnya bisa dikatakan pendek-pendek.

    It seems that up to this point, it's still quite difficult for me to explain this whole book because I think this book is really worth to read and I think you should feel the sensation yourself when reading this book.

    4.5⭐ for this one.

    0
    comments 0
    Reply
  • View all reviews
    Community recs if you liked this book...