Dari Hari ke Hari

Dari Hari ke Hari

Mahbub Djunaidi

Enjoyment: 3.5Quality: 4.0Characters: 4.0Plot: 4.0
🧑
🪖
🚲

Secara pribadi, saya tidak kenal Pak Mahbub Djunaidi. Sekali dua kali saja saya papasan dengannya di Jakarta. Tapi di banyak kesempatan saya mengaku santrinya beliau. Sebab, karya-karyanya banyak menempel di kepala saya. Dan novel Dari Hari ke Hari ini, salah satu karya Pak Mahbub yang saya baca berulang-ulang.—Ahmad Tohari Novel ini menarik dan renyah, lantaran disajikan dengan cara penuh “kelakar”. Seorang anak tanggung memandang revolusi dengan kacamata yang polos sehingga peristiwa pertumpahan darah, tidak mengudarkan kengerian, melainkan justru menggelikan. Walaupun dalam beberapa hal sering muncul suara pengarangnya, secara keseluruhan novel ini terkesan meledek tokoh-tokoh politik yang lebih suka gontok-gontokan sendiri daripada mengurusi bangsa dan negaranya. Itulah kekhasan kritik model Mahbub Djunadi.—Maman S Mahayana Dengan terbitnya kembali karya yang sudah berusia 40 tahun ini tebersit secercah harapan semoga buku ini menjadi bacaan bermutu yang mampu merangsang kembali kesadaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia bagi generasi masa kini.—Lukman Hakim Saifuddin Dari Hari ke Hari adalah salah satu novel kesukaan saya. Mahbub sukses menceritakan sesuatu yang “besar” dengan mengalir tanpa. beban. Ia tidak berumit-rumit dengan fakta sejarah, melainkan asyik berkisah tentang kehidupan dan hal-hal kecil yang membuatnya layak dirayakan. Rasanya sampai saat ini belum ada pengarang Indonesia yang bisa bertutur selihai, sejenaka, dan selincah Mahbub.—Andina Dwifatma

Publication Year: 2018


From the Forum

No posts yet

Kick off the convo with a theory, question, musing, or update

Recent Reviews

Your rating:

  • moilady
    Apr 24, 2025
    Enjoyment: 3.5Quality: 4.0Characters: 4.0Plot: 4.0
    🪖
    🧑
    🚲

    Membaca buku ini karena satu-dua orang yang mengatakan buku ini bagus dan direkomendasikan untuk dibaca, dan barulah aku mengerti kenapa mereka mengatakan buku ini bagus. Sebuah fiksi sejarah yang dikemas melalui pandangan seorang anak kecil─remaja tanggung yang menjalani hidupnya selepas kemerdekaan dan masa revormasi. Meninggalkan kota kelahiran menuju kota yang jauh berada nyaris ke arah timur Pulau Jawa sebagai pengungsi. Menjalani keseharian sebagai seorang anak republik menghadapi penjajah dengan pola pikirnya yang polos dan nakal selayaknya anak-anak pada umumnya. Dalam buku ini tidak ada kisah pertumpahan darah yang eksplisit, meski begitu masih ada perlawanan-perlawanan yang bisa dilakukan rakyat Indonesia pada masa itu. Termasuk perlawanan ia dan keluarganya meski tidak secara terang-terangan. Buku ini membawa aku kembali mengingat cerita para orang tua tentang bagaimana kondisi di kala itu, ketika bagaimana hendak sekolah hanya tinggal masuk sebab kepindahan, lalu bagaimana mereka yang diharuskan sekolah agama di setiap sore. Rasanya cukup rindu mendengar kisah-kisah kakek dan nenek atau mungkin ayah dan ibu jaman dahulu yang mana secara tidak langsung disuguhkan melalui buku ini. Selain dengan kisah kehidupan pada masa revolusi, buku ini juga menyuguhkan bagaimana jenakanya isi kepala si anak kecil, juga humor-humor sederhana yang disampaikan melalui bahasa yang cukup aku suka. Buku ini sebenarnya cukup bisa dibaca dalam sekali duduk, mengingat bukunya yang terbilang tidak terlalu tebal.

    0
    comments 0
    Reply
  • View all reviews
    Community recs if you liked this book...