Winarta

Winarta

Basuki Gunawan

Enjoyment: 4.0Quality: 4.0Characters: 3.0Plot: 4.0
🔫
🪖
🇮🇩

Diterjemahkan dari bahasa Belanda oleh Martha Dwi Susilowati Sebuah karya yang ditulis pada 1953 dalam bahasa Belanda oleh penulis Indonesia, Basuki Gunawan. Meski sempat mendapat honorary mention dari juri sayembara sastra tahun tersebut, tak ada penerbit Belanda yang berani membukukannya. Penemuan kembali atas karya ini dan penerbitannya pertama kali pada 2022 disambut dengan suara bulat bahwa ini adalah suatu mahakarya yang terlupakan. Mendapati bahwa orang tuanya mati terbunuh secara absurd oleh tentara Belanda, pemuda Winarta bertekad untuk membalas dendam. Ia bergabung dengan laskar perjuangan bukan demi idealisme membela bangsa dan sejenisnya, melainkan untuk membunuh. Terbenam makin jauh dalam spiral kekerasan, Winarta terus membiarkan dirinya dibimbing oleh logika, martabat, dan pembenaran-pembenaran. “Gaya observasional dingin yang dipakai Bas Gunawan untuk menggambarkan bagaimana tokoh utamanya terbelit dalam lingkaran setan kekerasan melambungkan novela ini jauh melampaui konteks spesifik revolusi Indonesia […] Hal itu menjadikan Winarta sebuah cerita universal yang pantas mendapat pemirsa besar.” — Henk Schulte Nordholt, Indies Tijdschrift “… Seseorang yang bisa dengan mudah bersaing dengan Pramoedya Ananta Toer muda […] Novel pendek ini seperti tidak berasal dari seorang pengarang yang sangat muda, melainkan sudah berpengalaman, begitu terkendali dalam konstruksi dan penulisannya.” — Alfred Birney, De Groene Amsterdammer


From the Forum

No posts yet

Kick off the convo with a theory, question, musing, or update

Recent Reviews

Your rating:

  • moilady
    Apr 23, 2025
    Enjoyment: 4.0Quality: 4.0Characters: 3.0Plot: 4.0
    🔫
    🇮🇩
    🪖

    Salah satu buku yang terbilang tipis dan sangat bisa dibaca dalam sekali duduk. Awalnya tertarik dengan buku ini karena disebut-sebut sebagai buku yang sempat menghilang, mendapat penghargaan ternama di Belanda tapi tak pernah sampai diterbitkan menjadi sebuah buku. Dari buku ini, aku diajak melihat karakter seorang Winarta dan segala isi kepalanya. Seorang mahasiswa kedokteran yang tak sampai tuntas menyelesaikan pendidikannya dan bermimpi untuk melanjutkan studi di bidang seni, meskipun keinginan untuk alih haluan itu tidak pernah kesampaian sebab ketika dia dirawat sebagai salah satu pasien TBC, kabar mengenai meninggalnya kedua orangtua Winarta membuatnya segera kembali pulang. Sayangnya, ketika pulang ia justru mendapati segala sesuatunya telah hilang. Orangtua yang dibunuh oleh tentara musuh, pun kehidupan sebelumnya yang aku simpulkan terbilang berkecukupan. Kehilangan orangtuanya seolah menjadi titik balik kehidupan Winarta yang justru memilih untuk bergabung dalam sebuah laskar perjuangan. Menariknya, kisah hidup Winarta ini tidak berhenti sampai dengan masa Agresi Militer Belanda II, melainkan berlanjut hingga isu pemberontakan PKI yang mana membuat keinginan membunuhnya seolah kembali terbakar. Namun, meski begitu, Winarta seolah kerap kali dilanda kejenuhan dalam hidupnya. Seolah-olah ia hidup tanpa ada tujuan pasti. Seperti terombang-ambil diatas ombak. Entah dari sisi rencana hidup, kehidupan pribadi mengenai percintaan, maupun hal-hal lain. Seperti seseorang yang terpapar trauma yang terlalu lama. Mungkin bisa jadi isi kepalanya memang akibat trauma mendalam yang dia rasakan, atau mungkin juga tidak? Yang pasti buku ini cukup bisa dinikmati meskipun akhir dari buku ini memberi kebebasan pembaca untuk menyimpulkan sendiri ihwal apa yang akan terjadi kepada Winarta.

    0
    comments 0
    Reply
  • View all reviews
    Community recs if you liked this book...