Mata, seorang anak perempuan berusia 12 tahun, diajak berlibur ke Belu oleh mamanya. Di sana ia mengalami berbagai peristiwa yang menakutkan dan menantangnya untuk menjadi pemberani. Di Tanah Melus, Mata bertemu dengan Atok, yang kemudian menolongnya untuk bisa ke luar dari Tanah Melus agar bisa pulang ke pelukan Mama. Novel ini cukup menarik untuk sebuah cerita petualangan anak-anak. Konfliknya tidak terlalu berat ya. Latar ceritanya juga indah, dikatakan Tanah Melus adalah kawasan yang sangat indah dan kaya, sebelum orang-orang luar merampas segalanya. Ada pesan-pesan yang bisa kita sampaikan ke anak-anak setelah selesai membaca novel ini, seperti tentang menjaga sikap dan ucapan di tempat asing, menghormati adat istiadat masyarakat setempat, menjaga lingkungan dan ekosistem di sekitarnya. Satu hal yang sangat saya sukai di novel ini adalah pertemanan Mata & Atok. Meskipun singkat, namun memiliki seorang teman selalu terasa lebih menyenangkan. Mereka saling menghibur, menguatkan, mendukung, dan membantu satu sama lain. Novel ini menjadi pengingat manis bahwa petualangan dapat mengajarkan banyak hal, dan keberanian sering kali tumbuh justru ketika kita berada jauh dari rumah.

I found Caraval to be quite an intriguing story. What I liked: Caraval itself, the magic, the games and riddles, Scarlett, Julian, Legend, the plot twist at the end, and the ending in general. What I didn’t like: Scarlett, Julian, Dante, Donatella, their father, Scarlett’s fiancé (who turned out not to be her real fiancé), and all of Donatella’s lies. Overall, this book was enjoyable. I really liked the concept of Caraval and the game within it, as well as the plot twist at the end. The story kept me so curious that I couldn’t stop reading. Personally, I think the story could have ended with the first book, that would have been much more satisfying, at least for me.